ASAL
MULA CANDI PRAMBANAN
Oleh
: Faydona Royhana
Alkisah,
pada jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. Sang raja mempunyai seorang
putra bernama Joko Bandung yang senang menyebut dirinya sebagai Putra Gunung
Lawu. Joko Bandung adalah seorang pemuda yang gagah berani dan sangat tinggi
ilmu kesaktiannya. Ia berguru kepada seorang guru yang berada di lereng Gunung
Lawu.
Di
wilayah kerajaan Pengging terdapat kadipaten Prambanan yang dipimpin oleh
Adipati Kalakarung. Adipati Kalakarung mempunyai seorang putri yang sangat
cantik bernama Roro Jonggrang. Adipati Kalakarung sangat ingin menguasai
kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Raja Anglingdriya.
Pertempuran
demi pertempuran terjadi antara pasukan kerajaan Pengging dan kadipaten
Prambanan. Pada mulanya pasukan Pengging mengalami kekalahan. Pasukan Pengging
banyak yang gugur di medan perang. Melihat hal itu, Joko Bandung tergerak
hatinya untuk ikut membantu pertempuran itu.
Pertempuran
yang dipimpin oleh Joko Bandung Bondowoso berlangsung sangat sengit, dan
pertarunganpun berlangsung berhari-hari. Namun pada akhirnya si Putra Gunung
Lawu itupun berhasil mengalahkan pasukan Prambanan dan Prabu Kalakarung pun
gugur dalam pertempuran itu.
Kekalahan
pasukan Prambanan ini sampai ke telinga sang putri yaitu Roro Jonggrang. Roro
Jonggrang amat terpukul mendengar ayahnya mati terbunuh di medan perang. Saat
itulah datang Joko Bandung ke kraton keputren di mana Roro Jonggrang berada.
Joko Bandung menyampaikan duka citanya yang teramat dalam dan permintaan
maafnya kepada Roro Jonggrang. Roro Jonggarang yang sedang dalam keadaan
berduka tentu amat marah dan tidak mau menerima permintaan maaf dari Joko
Bandung.
Berbeda
dengan Putri Roro Jonggrang, Joko Bandung yang telah merasa jatuh cinta kepada
sang Putri ingin meminang sang Putri menjadi istrinya. Namun karena Putri Roro
Jonggrang tahu yang telah membunuh ayahnya adalah Joko Bandung, maka ia tidak
begitu saja menerima pinangan dari Joko Bandung. Ia mengajukan persyaratan yang
amat berat. Putri Roro Jonggrang meminta Joko Bandung untuk membuatkan seribu
candi dan dua sumur yang amat dalam.
Menurut
anggapan Roro Jonggrang, pasti nantinya Joko Bandung tidak sanggup memenuhi
permintaannya. Namun di luar dugaan, Joko Bandung menyanggupinya. Saat matahari
mulai tenggelam, Joko Bandung meminta bantuan para mahluk halus untuk membuat
seribu candi itu. Mereka bekerja keras menyelesaikan candi itu satu persatu.
Melihat
hal itu, Roro Jonggrang merasa cemas
melihat kejadian tersebut. Roro Jonggrang merasa heran karena candi – candi itu
telah berdiri dengan megahnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada tengah
malam sewaktu bangunan candi tinggal satu buah yang belum terbangun maka Roro
Jonggrang segera mencari cara agar bisa
mengusir
makhluk halus yang membantu Joko Bandung membuat candi. Akhirnya putri Roro
Jonggrang mangambil sebuah alu dan memukul – mukulkannya ke sebuah lesung
seolah ia sedang menumbuk padi. Mendengar suara lesung itu, seketika para
makhluk halus itu pergi karena menganggap hari sudah pagi.
Joko
Bandung yang sedang dalam keadaan heran dan kebingungan, terkejut dengan
kedatangan putri Roro Jonggrang seiring dengan berhentinya pukulan lesung. Joko
Bandung pun menyadari kalau suara lesung itu adalah ulah Putri Roro Jonggrang
untuk menggagalkan
rencananya. Dengan tatapan penuh amarah, Joko Bandung berkata, “ Jonggrang,
kalau kau memang tidak mau menjadi istriku jangan mencoba mengelabuhiku. Kau
ini keras kepala seperti batu, kau akan membuat candi itu genap menjadi
seribu”. Maka seketika itu juga tubuh sang putri menjadi kaku dan berubah
menjadi sebuah patung.
Candi yang di buat Joko Bandung di bantu dengan
makhluk halus itu akhirnya di beri nama Candi Sewu atau di sebut juga Candi
Prambanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar